Kalau kita melihat film-film
tentang action yang meibatkan benda pistol dan lain sebagainya, biasanya mereka
akan menangkap seseorang sambl menodongkan pirstol dan mengucapkan “Freeze!!” atau “Stop or I’ll shoot”. Jika dierjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
sederhana kira-kira “Diam di tempat”, “Berhenti, atau saya akan menembak”.
Istilah shoot sama-sama dipakai untuk
menembak ataupun memotret. Karena kami senang dengan hobi memotret mari kita
ulas sedikit pengalaman saya tetang fotografi, walau sama-sama membidik atau
menembak.
Perkemabangan fotografi dari zaman
ke zaman telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan
banyak terlibatnya teknologi elektronis yang diterapkan dalam bidang ini.
Kemampuan dalam merekam gambar yang semakin cepat telah menjadikan media ini
sebagai media rekam visual dengan akurasi dan kecepatan yang sangat
mengagumkan. Yang diuntungkan bukan hanya orang-orang dalam bidang dokumentasi
tetapi juga mereka yang berekspresi dalam bidang ini.
Salah satu halaman yang paling
atau mayoritas diminati dalam surat kabar adalah olahraga. Kenapa foto olahraga
menarik? Karena disitu banyak sekali gerakan-gerakan dramatis yang berhasil
dibekukan (freeze) dengan kecanggihan
kamera yang berada dalam kecepatan tinggi. Selain di bidang olahraga, gambar
dramatis sederhananya juga sering kita dapatkan di sekitar kita. Meliputi
ekspresi orang yang nampak sanagat bahagia hingga mereka mau meloncat, dan
masih banyak lagi. Untuk memotret gambar seperti itu diperlukan penguasaan alat
yang benar dan ditambah dengan latiihan yang berulang-ulang karena berhubungan
dengan timing dalam memotret.
Mari di waktu yang bahagia ini
kami akan sedikit mengesharekan tentang tips agar teknik freeze ini dapat terekam kamera dengan baik. Pada kamera modern,
pengutamaan kecepatan (shutter speed) biasanya
terwakili oeh tombol TV apabila pada kamera canon atau bisa jugamemutar tombol
ke gambar orang lari (olahraga). Pada tombol-tombol itu kecepatan kamera akan
segera diutamakan. Ada angka 60, 80, 100, 120, 250, 500, 1000 bahkan ada yang
sampai 8000 yang dibaca 1/x. Semakin banyak nominal yang dipakai maka semakin
cepat dalam merekam gambar.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan ketika menangkap action ini :
1. Untuk membekukan gerak, kita harus memerlukan
kecepatan yang tinggi. Walau kita tahu seper 30 detik itu sangat cepat namun kita
akan membutuhkan settingan yang lebih cepat lagi. Seper 500 atau sampai seper
2000 tidak masalah, semakin cepat maka gambar yang dihasilkan juga akan semakin
baik.
2. Untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi, perlu
adanya pencahayaan yang baik atau cukup. Tanpa cahaya yang cukup akan sulit
membekukan suatu gambar bahkan dengan flash eksternal sekalipun.
3. Untuk menghasilkan ekspostur yang normal
seimbangkanlah bukaan difragma dengan shutter speed yang kita gunakan. Lihatlah
pada tingkat pencahayaan. Jangan asal mensetting shutter cepat tapi mengabaikan
diafragma, yang ada hasinya akan gelap.
4. Bila cahaya kurang , kita bisa amenggunakan
flash kita. Namun sepengalaman kami hal ini cukup membantu tetapi tidak
diutamakan.
5. Foto yang baik saat freeze adaalah ketika obyek berada pada puncak ang tertinggi. Jadi
disini diperlukan ketepatan dalam jepretan yang berhubungan dengan timing.
Tentulah semua hal tersebut harus
dilatih selama berkali-kali agar bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
Berikut beberapa gambar untuk freeze :
Melompat setinggi ini. ISO minimal, shutter 1/800 Gambar akan terlihat gelap dikarenakan cahaya yang menyerupai siluet, namun intinya dari freeze akan tetap dapat dari foto ini. Lokasi pantai Seruni |
No one can Explain this. ISO 400. shutter speed 1/800. Lokasi pantai Nglambor |
Demikian, semoga berkenaan dan bisa
bermanfaat. Masukan dan saran akan sangat membantu bagi perkembangan kita
bersama.
With pleasure,
0 komentar