Fotografi merupakan ilmu luwes yang memiliki banyak macam. Jenis-jenis fotografi dapat dibedakan dari hasil foto yang didapatkan. Satu diantaranya adalah Fotografi Fashion. Jenis foto ini sebenarnya masuk dalam kategori foto produk, akan tetapi banyak orang yang membuat nya menjadi kategori tersendiri. Lebih menyerupai potrait namun menonjolkan apa yang ditawarkan dari sebuah produk fashion.
Dewasa ini, fashion merupakan bisnis yang paling diminati oleh berbagai kalangan. Mulai dari usaha homeshop hingga yang sudah terkenal memiliki shop sendiri. Bentuk packagig yang di tawarkan akan menentukan tingkat permintaan dari konsumen. Oleh karenanya, bidang fotografi akan menjadi lebih kompetitif dalam mengemas foto fashion ini.
Berikut adalah hasil foto saya ketika hunting dengan Closy.id. Hal yang di tonjolkan adalah busana yang akan diiklankan.
Festival Payung di Taman Bale Kambang, Solo
- Selasa, September 27, 2016
- By aminhoki
- 0 Comments
Acara ini datang sekali dalam setahun dan bisanya tiak dalam jangka waktu yang cukup lama. Di tahun 2016 ini, Festival Payung ini hanya di adakan dalam waktu 3 hari saja, yaitu mulai dari tanggal 23-25 September saja. Sedikit berkomentar dalam acara ini, sebenernya kalau di Jogja lebih mirip seperti FKY (Festival Kesenian Yogyakata) dimana seluk beluk ny mengangkat UKM kelas mengah. Hanya saja di Festival Payung ini ketutup dengan kemasan Payung sebagai grand design nya.
Festival ini di adakan di Taman Bale Kambang Solo. Mengenai posisi tepatnya silahkan saya sarankan unuk mencarinya via Google Maps saja, hehe. Tidak hanya menyuguhkan esenian olahan payung yang dikresi sedemikian rupa, tetapi juga mengedepankan wisata kulinernya dibareni dengan sajian kesenian dari beberapa daerah setempat.
Sepemahaman saya dan seenak saya menjelaskan, bawasannya acara ini memang ditujukan untuk mengangkat atau sebagai media melestarikan kesenian asli daerah Solo disertai dengan usaha untuk meningkatkan pengusaha kelas menegah.
Di adakan di hari weekend membuat festival ini sangat ramai. Mulai dari anak-anak hingga orang tua sangat direkomendasikan untuk mencoba datang ditempat ini. Selain sebagai wahana hiburan, tapi sisi edukatif dari kesenian nya sangat patut diapresiasi.
Berikut hasil jepretan saya :))
Welcome to Festival Payung |
BNW |
PAYUNG |
Light |
Terima kasih,, semoga bermanfaat :)
Kebutuhan akan teman selalu menjadi perhatian sendiri bagi setiap orang. Fitrah manusia sebagai manusia sosial membuat kita tidak luput dari perhatian akan kebutuhan seorang teman. Entah teman yang menjadi sahabat, pacar, istri, suami atau yang lainnya. Pada intinya kita tidak bisa hidup tanpa orang lain.
Bukan ketergantungan, akan tetapi lebih kepada menuruti sifat manusia itu sendiri. Sifat natural yang melekat dalam diri manusia yang membutuhkan akan sosok lain dalam hidupnya membuat semua berlomba-lomba untuk mencari teman terbaik. Sudah menjadi rahasia umum bahwasannya selogan jangan pilih-pilih teman nampaknya tetap akan menjadi tabu ketika dipraktekan dalam dunia nyata. Pada kenyataan nya semua akan memilih yang terbaik dengan harapan ada hal yang baik yang dapat ditularkan dalam lingkungan yang baik itu.
Mengalami umur hingga mencapai 22 tahun seperti saat ini menjadi anugrah tersendiri buat saya. Teman saling silih berganti dalam hidup saya dan memperlajarinya butuh waktu yang tidak sedikit. Poin saya disini adalah syukuri silaturahmi yang terjadi saat ini. Jaga hubungan pertemanan kalian dengan baik dan benar. Sumber rejeki bisa datang kapan saja dan dari mana saja tidak menutup kemungkinan dari teman sendiri.
Be wise :))
Yogyakarta - terkenal dengan kota budaya leluhurnya yang tidak termakan oleh zaman. Selain dikenal dengan daerah kerajaan atau kesultanan, hal yang relevan dengan itu yaitu budaya yang ditinggalkan itu sendiri. Banyak macam budaya yang masih di jalankan hingga sekarang. Salah satu nya adalah andong. Andong adalah kereta kuda yang dahulu kala diunakan sebagai kendaraan oleh sultan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, semua oran berhak menungngi kendaraan ayng bisa di bilang istimew di zamannya. Ciri khas andong di kota Gudeg ini yaitu memiliki roda 4. Apabila anda menemui kereta kuda yang beroda dua, yang bener itu namanya dkar bukan andong lagi.
Banyak orang yang datang dari berbagai daerah hanya ingin menunggangi andong ini. Tidak hanya pengunjung domestik, manca pun tidak luput dari pesona andong ini. Biaya yang ditangguhkan pun cukup murah. TIdak sampai 50k anda sudah bisa keliling jogja atau keliling kota Jogja dengan andong ini. hhe
Langsung saja berikut hasil gambar yang saya ambil ketika jalan-jalan di kawasan Malioboro.
Kusir ISO 100; F1/2; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Kuda ISO 100; F1/2; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Andong ISO 100; F1/2; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Masjid UGM ISO 100; F1/9; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Masjid UGM ISO 100; F1/9; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Windows ISO 100; F1/2,8; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Self ISO 100; F1/2,8; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
|
|
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki tempat belajar yang bisa di bilang baru, Perpustakaan Kota. Tempat ini sebelumnya terletak di selatan Gramedia di Jalan Cik Di Tiro, namun pemkot kota membuat perpustakaan terbaru yang berada di sebelah timur JEC (untuk lebih jelas nya masalah tempat google maps ahlinya, hehe).
Tempat ini bisa dijadikan solusi bagi anda yang suka menghabiskan waktu untuk mencari ilmu lewat buku atau sekedar belajar sambil ngobrol dengan teman. Fasilitasnya kelas A banget, lumayan lah untuk tempat bagus yang gratisan.
Sedikit aja saya ulas tentang gambaran perpus kota yang baru. Agar lebih jelas silahkan kunjungi saja langsung. RECOMENDED.
Selain sebagai tempat kumpul-kumpul dan belajar, setiap sudut di perpus ini juga memiliki daya magnet tersendiri untuk di abadikan ke dalam sebuah kamera. Mulai dari sebelah parkiran bawah hingga taman nya yang hijau akan membuat feeling fotografi anda akan mengkat.
Berikut hasil saya hunting di Perpus Kota yang Baru ini :
Rian Sumariska ISO 100; F 1/2,8; SS menyesuaikan karena memakai mode Av Canon EOS 50D |
Ni Luh ISO 100; F 1/2,8; SS menyesuaikan karena memakai mode Av Canon EOS 50D |
Lokasi : Perpus Kota Sebelah Parkiran Bawah ISO 100; F 1/2,8; SS menyesuaikan karena memakai mode Av Canon EOS 50D |
Warna yang membuat indra penglihatan kita tidak cepat mengalami kebosanan adalah warna hitam dan putih, itulah sebabnya mengapa banyak foto dokumenter di buat hitam putuh agar tidak mengalami kebosanan saat melihat. Selain itu, foto BNW juga menunjukkan sisi epic tersendiri bagi pecinta BNW, termasuk saya. hhe
Pada artikel sebelumnya saya sudah pernah mengepost tentang BNW ini yaitu BNW Jauh dari Kata Membosankan.
Pada kesempatan kali ini saya ingin mengeshare hasil karya saya tentang foto dengan format BNW, lanjutan dari srtikel lama saja. Menurut saya, BNW memiliki daya tarik tersendiri ketika kita benar benar mau mendalaminya. Kontras yang sangat di tonjolkan yaitu hitam dan putih serta warna paduan antara keduanya membuat foto akan hidup menggambarkan kondisi sebenarnya.
Untuk tips mengenai format BNW ini sebaiknya anda benar benar mengambil gambar dengn format monocrome yang ada pada kamera. Menurut saya deteksi warna paa kamera akan berbeda ketika anda mengubah foto berwarna menjadi BNW dengan bantuan software. Tingakatan kontras yang dihasilkan akan berbeda antara langsung dan tidak langsung. Selamat mencoba hehe
Langsung saja berikut hasil karya saya yang diambil di daerah UMY Yogyakarta. Enjoy dude :)
Eky Briana ISO 100; F1/2,5 ; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Eky Briana ISO 100; F1/2,5 ; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Eky Briana ISO 100; F1/2,5 ; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Kesma BEM 2015
ISO 500; F/9 SS; menyesuaikan karena menggunakan mode Av
Canon EOS 60D
|
Tiara
ISO 500; F/5,6 SS; menyesuaikan karena menggunakan mode Av
Canon EOS 50D
|
Ario Debian
ISO 500; F/52,5 SS; menyesuaikan karena menggunakan mode Av
Canon EOS 50D
|
Value
ISO 500; F/52,5 SS; menyesuaikan karena menggunakan mode Av
Canon EOS 50D
|
Purna Panca
ISO 500; F/52,5 SS; menyesuaikan karena menggunakan mode Av
Canon EOS 50D
|
Graduation
ISO 500; F/5,6 SS; menyesuaikan karena menggunakan mode Av
Canon EOS 50D
|
Happy Sharing :))
Siluet Waktu Sunset di Parangtritis dan Gumuk Pasir
- Jumat, Agustus 12, 2016
- By aminhoki
- 0 Comments
Agustus 2016 - Entah suntuk dengan aktivitas keseharian yang mudah
ditebak atau masalah yang lainnya juga saya juga tidak mengerti. Hanya saja
tiba-tiba saya mengiyakan ajaan teman saya untuk jalan-jalan sore.
Parangtritis, sepertinya tidak ada kata bosan untuk menjelajahi tempat ini.
Tawaran menikmati indah nya sunset dengan suasana yang dramatis membuat susah
untuk berkata engga.
Singkat
cerita, pemandangan nya memang tidak bohong. Hanya saja pasir hitam nya yang
membentang sedikit membuat bagaimana gt. haha. Tapi sekali lagi itu adalah
sebuah paket alam yang sangat indah. Sunset yang dibarengi aktivitas
kepariwisataan membuat semuanya terasa indah di dalam frame. Bukaan sempit
dalam lensa akan menjadi bagian yang istimewa, karena fokus luas akan
menandakan detailnya foto pemandangan.
Langsung
saja berikut hasil yang saya peroleh:
Senja Parangtritis ISO 100; F 1/5,6; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
BOIM ISO 100; F 1/4; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Siluet Gumuk Pasir ISO 100; F 1/5,6; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Gumuk Pasir ISO 100; F 1/5,6; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
BOIM ISO 100; F 1/3.2; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Self Potrait ISO 100; F 1/5,6; SS menyesuaikan karena menggunakan mode Av Canon EOS 50D |
Happy sharing :))